Menurut
cerita dan beberapa catatan sejarah Desa,
Penghuni Desa Gombong Berasal dari
keturunan Mataran ( Jawa Tengah ). Mereka adalah Suku jawa, sebagaimana kita
ketahui dalam buku sejarah Kerajaan mataram mengalami masa jayanya ketika
pemerintahan Sultan Agung ( 1615-1645), pengaruh islam pada waktu itu sudah
tertanam dengan baik di kalangan penduduk.
Kira-kira
pada abad ke-18 seorang Bupati Mataram dengan beberapa orang pengiringnya pergi
meloloskan diri keluar kerajaan, karena kekuasaan mataram makin terdesak akibat
penjajahan Belanda. Beliau pergi dengan tujuan mencari tempat yang lebih aman
dengan tanpa setahu ayah bundanya serta pembesar-pembesar setempat. Kemudian
mereka sampailah di Cimenga yaitu daerah Kuningan sekarang, yang pada waktu itu
yang memerintah Cimenga adalah seorang Bupati yang terkenal dengan nama
istrinya yaitu EMBAH DALEM CIMENGA atau sebutan EMBAH BUNTIT. Keterangan
mengatakan sesampainya di Cimenga rombongan Bupati Mataram itu menyamar sebagai
orang biasa dengan membawa berbagai macam kesenian dari Jawa Tengah. Berita
ramainya datang kesenian tersebut sampai keseluruh pelosok. Akhirnya diketahui
oleh EMBAH DALEM kemudian dipanggil disuruh main di kedaleman. Pada waktu
pertunjukan kesenian tersebut seorang putri kedaleman turut menonton lalu sang
putri tertarik kepada Bupati Mataram itu dan akhirnya menikah.
Dari
pernikahan ini memperoleh enam orang anak terdiri dari lima orang putra dan
seorang putri. Kelima orang putra tersebut kecuali seorang sang putri turut
membantu perang Pangeran Sumedang, ketika perang melawan Cirebon. Setelah
perang selesai dan Sumedang menang, kelima putra tersebut tidak mau kembali ke
Cimenga mereka terus mengembara ke Daerah Priangan.
Salah
seorang dari kelima putra tersebut yaitu bernama EMBAH JIDUN sampailah ke Desa
Gombong, nama beliau adalah panggilan anak cucunya, nama sebenarnya adalah
SURADIWANGSA dan Beliau merupakan nenek moyang penduduk Gombong.
Perkataan
Gombong menurut sejarah Desa Setempat, karena Desa tersebut asalnya merupakan
sebuah hutan bambu yang besar dan benar-benar banyak di tempat itu. Kata
Gombong artinya pohon bambu yang besar, begitu pula menurut pengakuan
orang-orang Jawa. Memang perkataan Gombong tidak sedikit mengelirukan orang
sudah pasti menyangka Gombong kota besar di Jawa Tengah, berlawanan sekali
dengan Desa Gombong di Kecamatan Ciawi kabupaten Tasikmalaya.
Salah
seorang putri EMBAH JIDUN bernama ASTRAYUDA pergi ke sebelah barat Desa Gombong
dengan mendirikan kampung Pocol, EMBAH JIDUN meninggal di kampung tersebut,
dimakamkan di sebuah tempat keramat yang bernama CIKUJANG di Kampung
Nagaraherang Desa Sukahening sebelah timur laut Desa Gombong.
Sebelum
datangnya EMBAH JIDUN Desa Gombong merupakan sebuah tegalan yang ditumbuhi
rumpun-rumpun bambu dan diselingi beberapa selokan kecil, untuk memperingati
kejadiannya diberi nama sesuai dengan penemuannya yaitu kampung Gombong . Sejak
abad 19 kurang lebih pada tahun 1850 keadaan masyarakat Desa pada umumnya
mengalami kerusakan akhlak yang mengakibatakan huru hara. Keributan-keributan
dibidang pencurian, perampokan, pembunuhan, dan penganiayaan diantara penduduk.
Yang menjadi Kepala desanya pada waktu itu ialah ASTRAPRAJA atau sebutan lain
Pak Kuwu. Beliau hampir merasa kalah terhadap penjahat itu. Setelah belia
diganti oleh ADIWANA lebih dikenal dengan nama PAK MANTEN, kedua pemimpin itu
tidak diketahui tahunnya selama masih berkuasa. PAK MANTEN terus melanjutkan
usaha-usahanya dibidang keamanan dan ketertiban terhadap penjahat-penjahat itu,
namun tetap tidak berhasil.
Kemudian
setelah ADIWANA atau PAK MANTEN berhenti diadakan pemilihan Kepala Desa, yang
terpilih adalah RADEN KARTA beliau memegang jabatanya hanya satu hari karena
banyak masyarakat yang tidak setuju sehingga beliau diprotes oleh masyarakat
Gombong pada waktu itu.
Setelah itu
diganti oleh HAJI ABDULRAHIM, mulai dari beliau inilah dapat diketahui tahunya
yaitu mulai memerintah pada tahun 1882-1889, selama tujuh tahun beliau memegang
tampuk pimpinan, namun kejahatan-kejahatan masih terus merjarela walaupun sudah
diadakan berbagai usaha.
Bahkan bukan
saja di Desa Gombong di daerah-daerah lain, oleh karena itu hampir setiap hari
Desa Gombong digeladah oleh Polisi dari kecamatan dengan tujuan demi untuk
ketertiban masyarakat desa dari kejahatan itu.
Maka setelah
haji ABDUL RAHIM berhenti penggantinya adalah HAJI DAHLAN yang memerintah tahun
1889 sampai tahun 1919. Beliau mempunyai sifat sabar dan penuh kasih sayang
terhadap masyarakat, juga sekalipun terhadap penjahat-penjahat itu, bahkan oleh
beliau dipergunakannya. Diantaranya penjahat itu adalah yang bernama
ASTRADIWANGSA dialah yang menjadi kepala penjahat dari kekempat bersaudara.
HAJI DAHLAN disamping tugasnya sebagai pemimpin juga besar kepercayaannya
terhadap keramat-keramat, diantaranya yang beliau puja ialah keramat EMBAH
AGUNG TAPA. Segala petunjuk-petunjuknya oleh beliau dijalankan dengan penuh
kepercayaan, maka beliau merupakan orang yang paling disegani dan kuat dalam
memegang jabatannya bagi masyarakat Desa Gombong sehingga penjahat-penjahat
tersebut tunduk kepadanya. Beliau mempunyai putra tunggal yang bernama
TANUWIJAYA. Oleh beliau putranya itu di pesantrenkan di Cirebon, Sumedang, dan
Banten, guna mengisi dan menambah ilmu dan kekuatan serta badan untuk
mengimbangi lawan atau bahaya yang mungkin terjadi.
Setelah
putranya dewasa HAJI DAHLAN berhenti pada tahun 1919 atas permintaan sendiri
yang selanjutnya diadakan pemilihan Kepala Desa dengan calon tunggal TANUWIJAYA
terpilih sebagai Kepala Desa, dengan memegang jabatan mulai tahun 1919.
Kemudian beliau melanjutkan usaha ayahnya yaitu menumpas kejahatan-kejahatan
tersebut, karena beliau telah memilki ilmu yang tinggi serta kekuatan jiwa,
maka kejahatan itu dapat ditumpas dan semakin meurun keadaanya, yang akhirnya
dapat dikikis habis. Hanya sayang beliau pada usia masih muda yaitu 39 tahun
telah dipanggil Tuhan, jadi beliau memgang tampuk pimpinan selama 9 tahun. Dari
Tahun 1919-1926. Kemudian diadakan lagi pemilihan Kepala Desa dengan calon
sebanyak 5 orang yang terpilih ialah putra sulung Bapak TANUWIJAYA yaitu IYON
TANUWIJAYA. Beliau mempunyai sifat hampir sama seperti ayahnya serta Desa
Gombong mengalami masa jayanya.
Banyak
kemajuan-kemajuan yang telah dicapai pada waktu menjabat beliau ini sehingga
masyarakatnya kembali kedalam keadaan tentram dan damai. PAK IYON TANUWIJAYA
ini memegang tampuk pimpinan selama 40 tahun dalam hal ini merupakan jabatan
yang paling lama bila dibandingkan dengan pemimpin-pemimpin sebelumnya yang
akhirnya karena beliau ltelah lanjut usia tepatnya tanggal 20 april 1965 beliau
berhenti.
Pada tanggal
19 mei 1966 di adakan pemilihan Kepala Desa dengan calon tunggal adiknya yaitu
IYON TANUWIJAYA yang bernama YUSUP TANUWIJAYA yang sebelumnya menjabat sebagai
juru tulis, beliau memegang jabatan sampai tahun 1977 selama kurang lebih 12
tahun. Selanjutnya dijabat oleh BAPAK IDI SUMAWIJAYA selama 3 tahun. Dan
setelah itu Desa Gombong dimekarkan menjadi 2 Desa yaitu Desa Gombong dengan
Kepala Desanya yaitu BAPAK IDI SUMAWIJAYA terdiri dari 5 Kedusunan yaitu Dusun
Gombong, Sukamandi, Bugel , Karamasantana dan Dusun Pocol. Dan sekarang menjadi
6 Kedusunan yaitu Dusun Pananyung yang ke-6. Sedangkan Desa satu lagi diberi
nama desa Kertamuktidengan Kepala Desanya yaitu BAPAK AHMAD, yang memiliki 4
Kedusunan yaitu Dusun Cibuyut, Mulyarasa, Jamilega, dan Dusun Sukamaju. Dan
sekarang menjadi 5 Kedusunan.
Setelah itu
diadakan Pemilihan Kepala Desa dengan calon 4 orang yaitu tahun 1978, dengan
terpilihnya IDI SUMAWIJAYA sebagai Kepala Desa, beliau pun pernah menjabat
sebelumnya sebagai juru tulis.
Dan Pada
Tahun 1984 diadakan pemilihan kepala Desa dan terpilih adalah Bapak OKO SUKMAJA
beliau memegang kelungguhan selama 9 tahun, dan dilanjutkan lagi oleh BAPAK
WARKA DIPURA mulai tahun 1993, beliau dari kampung Pocol tengah memegang
kelungguhan selama 8 tahun dan selanjutnya Pemerintahan dipegang oleh bapak
JAMALI mulai tahun 2001, beliau dari kampung Pananyung memegang pemerintahan
sampai dengan tahun 2006.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar